Selasa, 07 Februari 2012

[Cerirta Pendek] Biarkan berlalu… mimpiku

Waktu menunjukkan pukul 06.35 ketika Yelena tiba di sekolah. Ia berlari tergesa- gesa menyerobot kerumunan siswa-siswi yang hendak melaksanakan apel pagi seperti biasanya.
Bruuuuuk !!!
Tak disangka tubuhnya menabrak seseorang.
“O…Ow… Sorry yach…gue nggak sengaja, Sorry…!” Katanya sembari terus berjalan tergesa- gesa menuju kelasnya untuk meletakkan tasnya.
“Eh, loe !!!” kata-kata teguran itu terputus saat melihat Yelena sudah cukup jauh darinya.
“Hhhh…it’s okay…”katanya perlahan sambil membalikkan tubuhnya menuju tempat apel pagi itu.
“Keviiin.!!!” Suara itu sontak menghamburkan kilasan ingatannya akan cewek yang baru saja ditabraknya. Ia kembali membalikkan badannya.
“Vin…nih, gue kembaliin flash loe. Thank’s yah..rekaman band loe top banget. Gue suka kok…”lanjut Hanna yang baru saja mengagetkan Kevin.
“Eh, elo Han? Iyah.. Thank’s juga yah dah mau dengerin. Eh Han, gue mo ngomong sesuatu nih sama loe. Please…ne penting banget. Gue mau…”
“ YANG MASIH BERJALAN HARAP MEMPERCEPAT LANGKAH MENUJU KE TEMPAT APEL . SEGERA ATUR BARISAN ! YANG MASIH NGERUMPI TUH…CEPAT !!! WAKTU NGGAK NUNGGU KITA” suara ketua Osis menggelegar lewat corong pengoyak gendang telinga. Hal itu sudah biasa bagi siswa- siswi SMA Negeri Mahesa. Yah… hal itu setiap pagi dilakukan. Kumandang panggilan anggota Osis untuk siswa-siswi yang nampaknya tak puas-puasnya menggoyangkan bibir sembari mengeluarkan suara apa saja yang seakan takan habis diperbincangkan setiap pagi menjelang.
“Eh, Han…ntar istirahat aja yah.... kita ketemu di kantin Bu Tiwi, Ok ?!” lanjut Kevin yang sayup- sayup terdengar semakin menghilang seiring langkah kakinya menjauh menuju barisan anak-anak kelas XI B1.
“Hhhh… Kevin mo ngomong apa yach ?!?” gumam Hanna dalam hati sembari melangkahkan kakinya menuju barisan berharap sesuatu akan terjadi.
Waktu berjalan cepat bagai angin sepoi yang berlalu mengusik rangsangan indra peraba yang terbatas dengan limit kepekaan. Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 10.00 ketika lonceng berdering mengusik telinga siswa-siswi Sma Negeri Mahesa yang seakan-akan dikurung dalam penjara kelas-kelas yang menuntut mereka lebih banyak memandangi gudang ilmu yang berlipat-lipat setiap waktu.
Hanna teringat akan janjinya pada Kevin yang akan menemuinya dikantin saat itu. Dengan cepat ia melangkahkan kedua kakinya keluar dari kelas XI B2 menuju ke kantin dimana ia akan menemui sahabatnya itu. Sesaat setelah menunngu, sosok seseorang yang ditunggu muncul di hadapannya. Kevin masih berlari kecil menuju Hanna sembari menarik napas seperti terengah-engah.
“Dah lama ya loe disini?”tanyanya pada Hanna yang masih duduk terdiam ditemani sebotol frestea di meja kantin.
“Nggak juga kok. Baru sekitar semenit. Eh loe mo pesan apa?”
“Eh, nggak Han… gue nggak doyan kali ini.”
“Ohh… ya udah...Mangnya napa Vin? Loe mo ngomomg apa sih?”tanyanya sedikit penasaran.
“Gini Han… gue…gue...gue…” kata Kevin terbata-bata.
“Gua gue…gua gue…. Gue apaan? Ngomong yang jelas dikit dong. Loe buat gue pusing ajah” kata Hanna sembari bercanda dihiasi senyuman manis diwajahnya..
“Han… gini, gue mo tanya something to you. But loe jangan ngetawain gue yah…” katanya sembari memohon.
“Hhhh… loe napa sih, ketawa apa? Dari tadi aja loe ngomongnya gak jelas gitu…hhh… ayam aja ogah dah ketawa dengar loe ngomong. Hahaha…”kata Hanna sembari diselingi tawa.
“Gue gak becanda!” kata Kevin yang nampaknya tegas sekarang.
“Iya dahh..gue dengerin.”
“Gini Han… loe kan tahu gue nggak pernah jalanin suatu hubungan secara serius. Maksud gue, selama ini loe kan tahu kalo gue Cuma main-main kalo PDKT ma orang khususnya yang namanya cewek. Tapi Han…nggak untuk kali ini. Gue ngerasain perasaan yang gak pernah bener-bener gue rasain sebelumnya.”
“Maksud loe???”
“Han… gue suka someone....” kata-kata itu terhenti sesaat.
Hanna terdiam… dalam hatinya kini kuat tertancap suatu keyakinan yang masih mengambang. Berharap kata- kata yang akan dikatakan Kevin sesuai dengan kata-kata yang telah tertata dalam benak pikirannya. Begitu besar harapan itu menyelimuti lingkup hatinya.
“Gue suka sama seeorang yang gue temuin pagi ini, waktu matahari masih mau muncul buat tersenyum nempakin sinarnya.”lanjut Kevin yang diselingi dengan kiasan- kiasan. Hanna serasa mati terbunuh. Hhhhh… rasanya ingin pingsan ditengah-tengah orang-orang yang sedang menikmati penambah energi ala kantin yang disediakan saat itu.
“Hhhm…sapa yaah….???”gumamnya sesaat
“Haann… gue suka ma…”mata Kevin tak sanngup menatap Hanna seakan malu akan perasaannya. Hanna pun masih membisu seakan serius mendengarkan. Sesaat mereka terdiam.
“Eh Haan !!! Loe tahu tu cewek kan???” kata-kata Kevin terputus ketika ia melihat seorang cewek berbadan tegap berambut hitam yang masuk ke kantin hendak melakukan permintaan atas penawaran kantin akan barang-barang konsumsi seperti makanan ringan.
“Capha cieee???” tanyanya penasaran. Kevin segera menunjuk cewek yang ia maksud.
“Haaahh???” Hanna terbelalak kaget ketika melihat cewek yang dimaksud.
“Hann… gue suka sama tu cewek. Nnn.. Maksud gue panggil loe ke sini supaya loe ngasih tahu info ke gue siapa dia…”lanjut Kevin. Hati Hanna serasa tertancap sembilu yang mengoyakkan seluruh isi hatinya yang baru saja dilingkupi harapan yang kuat akan perasaannya yang sekarang musnah dan hancur berkeping-keping bagaikan patahan-patahan bumi antara Eurasia dan Australia, yang siap menghancurkan gugusan pulau-pulau hatinya saat itu. Ia masih terdiam…kesunyian memenangkan hatinya sekarang. Ia tak mampu berkata lagi ketika mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Memang…sekali lagi waktu tak dapat dimengerti olehnya karena semuaya itu terbatas dengan limit kesadaran dan rahasia bergulirnya waktu yang tak mungkin ditebak oleh insan seperti dirinya.
“Haaannn….”kata-kata Kevin sontak membuyarkan semua kesunyian lamunannya. Bibirnya seperti terkunci gembok raksasa yang seakan membekukan bibirnya untuk berbicara. Segenap kekuatan dikerahkannya dengan keyakinan bahwa ini bukan akhir dari segalanya.
“Haaahhh??? Apaah??? Oh… iya,iya..” kebingungan akan kata-kata yang dikeluarkan mulutnya atas koordinasi dengan saraf-saraf yang barusan seakan terputus mulai dikatakan.
“Hhh… loe napa sih?”
“ Haaah? Napaa??? Maksud loe? Gue baik-baik aja kok. Suerr…” katanya sembari menunjuk jarinya berbentuk huruf V yang biasa diperagakan orang sebagai lambang Peace atau kedamaian.
“Gue kan tanya, cewek barusan tuh siapa…”
“Ohhh… ituu… Dia cantik kan? Namanya Evania Yelena. Yang loe maksud yang baru aja ikutan lomba pidato itu kan?” tanyanya memastikan
“Iyahhh…bener banget. Thanks yahhh…eh Han… loe kan kenal ma dia, loe bisa nggak bantuin gue?”
“Haaah? Bantuin apa sih?”
“Gue mao loe jadi mediator gue ma dia. Please Hann….” Sekali lagi jantung Hanna berdegup tak menentu. Ia harus melakukan semuanya. Hhh… hari itu semakin membuatnya tersesak. Ia seperti benci akan cobaan yang silih berganti meleburkan hatinya.
“Iyyah… gue mau. Ok lah…. Gue bakal bantuian loe. Gue bakal atur pertemuan kalian. Terserah loe kapan.”lanjutnya perih…
“Ok, Hann… gini… ntar sore anak-anak Rocky Boys bakalan tampil di Plaza. Loe bisa kan, datang ma Yelena?” tawarnya
“Yang bener???… ya udah gue usahain.”balasnya diselingi senyuman yang menikam perih di hatinya.
Waktu kembali berputar. Jam yang melekat melingkari pergelangan menunjukkan pukul 04.45 ketika Hanna dan Yelena tiba di Plaza.
“Eh, tumben Han… loe mo ngajak gue jalan. Biasanya kan cuman ngajak makan doang. Loe beda Hann…” kata Yelena yang bingung diajak Hanna sore itu.
“Ihhh… mangnya nggak boleh? Kan kita jalan juga nggak jalan- jalan biasa. Kita mo liat anak band dari sekolah kita juga. Loe niih…”
“ HALLO SEMUANYA!!!” suara itu memecah keributan sorak-sorai penonton di Plaza sore itu.
“OK… BUAT SEMUANYA, THANKS DAH NYEMPETIN PANDANGAN KALIAN BUAT ANAK-ANAK BAND KREATIF YANG BAKAL TAMPILIN JAGONYA MEREKA SORE INI ! NGGAK SIA-SIA SEMUANYA, HARI INI KALIAN BAKAL FUNKY-FUNKY BARENG BAND-BAND TERNAMA DARI ALL HIGH SCHOOL DI KOTA KITA YANG TERCINTA INI” lanjut MC disambut sorak sorai para penonton.
“BAIK SEMUANYA… NGGAK BUANG-BUANG WAKTU LAGI, SEKARANG KITA SAKSIIN PENAMPILAN THE RANGER DARI SMA SINAR SURYA I !!!”
Penampilan The Ranger cukup memukau para penonton. Semuanya terhanyut dalam perasaan senang bercampur bangga memiliki anak- anak yang cukup kreatif memainkan perannya sesuai fungsi alat musik yang mereka genngam.
Tanpa terasa waktu pun berlalu. Akhirnya acara itu tiba di penghujung.
“OK, GUYS… MASIH SEMANGAT???”
MASSSSIIIHHH…..
“OK, SEKARANG THE LAST ALIAS PAMUNGKAS KITA PANGGILIN AJA ROCKY BOYS DARI SMA NEGERI MAHESA !” LANJUT mc. Semua bersorak…
“Sore semuanya!!!” Teriak Kevin ketika keluar menuju panggung.
“Ok, kami dari Rocky Boys bakal ngoyak telinga n hati kalian semuanya. Sebelumnya gue Kevin, sebagai vocalis, Ozie di gitar, Chandra di basis, Ridvan, melodis, dan Yan di drum. So, biar nggak bingung nantinya, gue bakal ngasih tahu Rocky Boys , nama yang keren ini ada coz jasa singkatan n akronim nama kita-kita semua, Ridvan,Ozie,Chandra,Kevin,Yan. Ok..Nggak buang-buang waktu lagi, sekarang kami mo bawain lagu special buat semuanya yang dah ca’em n cool nie sore. And super special… nie lagu dipersembahkan buat anak-anak Sma Negeri Mahesa…. So, Let’s Rock for love …”lanjut Kevin. Entah apa maksudnya. Tapi mungkin hanya dirinya yang memahami secara lebih mendalam makna kata yang baru saja dikatakannya. Sepertinya ini semua adalah curahan isi hatinya…
Musik mengalun….
“Kaktuz…Inginku…” lanjut Kevin sembari memastikan kenyamanan dengan mic yang digenggamnya saat itu.

Tak pernah lelah…aku menunggu kamu
Tak pernah lelah… aku merindukanmu…
Takkan menyerah…kululuhkan hatimu
Takkkan menyerah… untuk dapatkan cintamu
Ku takkkan pernah bisa melupakanmu dalam hidupku
Dan aku takkkan pernah bisa tanpa dirimu
Kaulah napasku…
Dengarlah inginku…
Jangan biarkan kuberjalan tanpa dirimu
Sepanjang hidupku…
Aku, takkan pernah bisa melupakanmu dalam hidupku
Dan aku takkan pernah bisa tanpa dirimu…
Kaulah napasku….
Lagu itu mengalun, mengalir… diiringi petikan gitar yang memukau dalam tiap sela dan barisan syair yang mengalun. Semua penonton terhanyut dan tenggelam dalam alunan itu, tak terkecuali Yelena yang sedari tadi menikmati lantunan lagu Rocky Band yang membawakan lagu milik Kaktuz dengan sempurna. Seperti para penonton lainnya, pandangannya tertuju pada musisi-musisi remaja yang sedang memainkan kreatifitas mereka di atas panggung. Tiba- tiba pandangannya jatuh pada seseorang yang memegang gitar dengan gayanya yang sekali lagi memukau hati dan pandangannya. Sesaat pandangan itu tak bisa ia lepaskan darinya
“Eh Len… gimana? Keren kan?”Tanya Hanna yang sontak mengagetkan lamunannya akan seseorang yang ada di panggung.
“Hahh??? Apa Han? Sorry gue nggak denger.”
“Ya dah… lanjutin dengerin musiknya.”
Tak lama, show hari itupun usai. Hanna segera menarik tangan Yelena menuju belakang panggung. Ditemuinya anak-anak Sma Negeri Mahesa yang sedang berkemas.
“Hei, Viiin !!!” teriak Hanna memanggil Kevin ketika pandangannya sekilas menangkap sosok Kevin yang tak jauh darinya.
“Halllow… Han…” sambut Kevin dengan senyuman sembari mendekati Hanna dan Yelena.
“Oh ya Vin, nie Yelena. Evania Yelena. Len, nie Kevin, namanya sih bukan Kevin. Adryan Kevino Ardan. Hehe… lengkap kan ?”
“Oh iya… salam kenal…ehh… loe yang tadi pagi kan? Yang nabrak gue di dekat lapangan apel?” kata Kevin sembari menyodorkan tangan untuk bersalaman semari melempar pandangan bingung.
“Yupz… salam kenal juga. Eh maksud loe apaan??? Hmmm… eee…. Oh iya. Sorry yah buat yang tadi pagi.” Sambut salam Yelena yang diselingi senyum yang menyejukkan.
“Yahh… it’s okay. Gue juga ngerti kok.”
“Oh iya… nih temen-temen Rocky Band dari School kita. Kenalin, nie Yan yang sama-sama gue di kelas XI BI Ozie dan Ridvan anak XI A1, dan loe pasti kenal nie, Chandra yang sekelas ama loe.” Kata Kevin ramah. Semua berjabatan tangan termasuk Chandra yang adalah teman sekelas Yelena.
Jantung Yelena berdegup kencang ketika tangannya bersentuhan dengan genggaman tangan Ridvan yang dihiasi senyuman pula di wajahnya.
“Eh, kita makan yuuk… gue dah keroncongan, sekalian buat ngerayain show ini dan pertemuan kita hari ini.” Tawar Kevin yang disambut hangat oleh semua temannya yang nampaknya setuju dengan anjuran itu.
Pagi ini adalah pagi dimana matahari bersinar lagi seperti biasanya, burung-burung berkicau dengan riangnya dan hari dimana anak-anak Sma Negeri Mahesa melangkahkan kakinya sebagai pelajar sebagaimana mestinya. Namun kali ini adalah keadaan yang berbeda karena tiap bergulirnya waktu selalu membawa rentetan dan runtutan peristiwa berbeda walau hanya dalam ukuran 1 ons.
Pagi ini adalah pagi terakhir dalam keadaan ujian semester. Kali ini, memang waktu mengalahkan segalanya. Sekali lagi waktu memenangkan jalannya kehidupan sekalipun hanya dalam cerita. Waktu berjalan dengan cepat tanpa disadari oleh insan yang tampaknya masih ingin menikmati kekalahannya akan guliran waktu itu.
Tampak dalam wajah dan mimic semua siswa yang keluar masuk kelas saat hari ujian terakhir itu senyuman dan keriangan luas yang tak terukur. Yah… semua pelajar pasti merasakan hal yang sama.
Tampaknya hari ini akan menjadi hari freedom bagi siswa-siswi yang telah berjuang keras menempuh ujian seminggu lamanya. Tak terkecuali bagi anak-anak XI yang pusing dibuat oleh soal-soal dalam lembaran Hvs 7 hari terakhir ini.
Waktu menunjukkan pukul 10.45 ketika tampak anak-anak keluar kelas dan bergerombol dibawah pohon dan di depan kelas berusaha mencari jawaban atas test yang baru saja diadakan. Banyak hal yang mungkin dapat diamati. Strees?? Mungkin sebagian kecil. Pasrah? Ada. Tersenyum? Tentu. Sepertinya untuk materi yang baru berlalu banyak anak menampilkan senyum termanisnya.
“YANG MASIH BERKELIAAN, SEGERA MEMPERCEPAT LANGKAH MENUJU TEMPAT APEL.” Teriak salah seorang anggota OSIS seksi kesenian. Kata-kata itu seakan takkan sirna selama masih ada yang namanya kemalasan dan keleletan. Hhhh… sudah tradisi bagi sekolah ini untuk melakukan hal tersebut.
“BUAT SEMUA SISWA, SELAMAT YAH… DAH NGELEWATIN COBAAN…EH UJIAN YANG MEMUSINGKAN INI. KAMI DARI OSIS SEKSI KESENIAN MO NYAMPEIN BUAT SEMUA PELAJAR TERKASIH SMA NEGERI MAHESA BAHWA HARI SENIN NANTI AKAN DIADAKAN ACARA SENI BUAT REFRESING TEMEN-TEMEN YANG DAH KELABAKAN MA UJIAN. SO, YANG MAU NAMPILIN BAKAT TERBAIKNYA DI BIDANG SENI SILAHKAN MENDAFTAR AJA DI RUANG OSIS. TRUS BUAT KITA SEMUA, HARI SENIN SEPERTI BIASA, SEORANG PELAJAR HARUS BERPAKAIAN SERAGAN, RAPI, DAN OJO LALI… BELAJAR REEEKKK….” Kata seksi OSIS yang kemudian disambut dengan hura dan teriakan dari sebagian besar siswa. Akhirnya semua pulang dengan riang dalam hati masing-masing.
Hari senin, hari pertama dalam minggu kalender Indonesia, hari dimana telah dijanjikannya acara penyegar otak dan urat- urat yang kaku.
“OK, SEMUA YANG DAH COOL… SEKARANG WAKTUNYA BUAT KITA FUNKY BARENG MA ANAK-ANAK BAND SO COOL DARI MASING-MASING KELAS YANG DAH BERNYALI BUAT DAFTARIN DIRI NGIBUR KITA SEMUA YANG ADA DI TEMPAT INI.” Kata Ketos waktu membuka acara yang sepenuhnya diserahkan ke tangan OSIS.
“SEKARANG KITA LANGSUNG AJA NIKMATIN PENAMPILAN DARI ANAK KELAS X A THE RASTA BAND !!! TEPUK TANGANNYA DOOONKK!!!”
Penampilan memukau kelas XA membuka sorak sorai di SMA Negeri Mahesa pagi itu. Penampilan berikut disusul oleh kelas XB, dengan band andalam mereka CANABIAS Band. Penampilan susul menyusul membuat suasana semakin semarak. Apalagi ditambah dengan aksi penonton yang nampaknya memang benar- benar merasakan FREEDOM hari itu.
Penampilan memukau tak ketinggalan diunjukkan oleh gabungan anak-anak kelas XI yang merupakan Band yang populer bukan hanya di sekolah melainkan juga di kotanya itu. Kali ini Kevin dengan gayanya yang cool dan komunikatif menampilkan gaya Rocky Boys dengan lagu ‘FALLING IN LOVE’ by J-Rocks.
“Lagu ini special buat anak-anak SMANSA, Sma Negeri Mahesa, super special buat anak-anak kelas XI dan super dipper special buat someone yang gue maksud dalam lagu ini, Evania Yelena!” katanya sembari disambut petikan gitar oleh Ridvan dan Ozie. Semua berteriak menyambut kata-kata yang baru saja menerobos mic menuju jalinan kabel dan keluar dalam bentuk energi melalui speaker yang dipasang strategis memecah gendang telinga. Yelena sontak kaget. Jantungnya berdegup kencang. Sambungan sarafnya seakan memisah. Tak mampu reseptor dan sambungan otaknya menerima dan meneruskan rangsangan apapun. Termasuk suara teman- teman dan pandangan ribuan mata yang tertuju padanya.
Sesaat ia membenci Kevin.
“Apa-apaan sih Kevin, Hhhh…. Malu-maluin aja deh…”gumamnya dalam hati.
“Selamat Yah Len… loe resmi di SHOT ma vocalis Rocky Boys.”kata Hanna yang masih menyimpan rasa itu dalam hatinya.
“Apaan sih loe??? Loe sengaja mo mainin gue Han??? Loe jahat banget. Loe kejam !” katanya seraya mengangkat tas dan berjalan pergi. Kevin masih bernyanyi di tengah lapangan. Sesaat pandangannya pada Yelena hilang. Namun keyakinannya bahwa Yelena masih mendengarkan lantunan lagunya itu.
“Len… Len… Yelena !!!” teriak Hanna sembari mengejar Yelena yang berjalan cepat.
“Gue nggak bermaksud buat mainin loe. Ini semua kebetulan, Len. Gue juga nggak nyangka semua ini bakalan terjadi. Gue ngenalin loe ke Kevin, karena gue sadar kalo dia suka sama loe. Sebenarnya loe beruntung, Len. Loe beruntung banget, masih ada yang suka sama diri loe, kepribadian loe, sikap loe, yang semuanya ini berarti loe tu hampir mencapai yang namanya perfect. Ok, Len. Gue ngerti, loe boleh nggak suka ma Kevin, but… bukan berarti hanya karena loe nolak dia, loe juga mo nolak persahabatan yang dah kita bagun selama ini kan? Iya kan, Len???” Kata Hanna yang sayup-sayup terdengar menyedihkan. Kesunyia mendekap mereka beberapa saat.
“ Iya, Hann…Sorry, gue minta maaf… gue minta maaf dah buat loe gini. Emang, gue bodoh banget. Hubungin persahabatan kita amah al-hal yang sebenarnya gak jelas. Ok, gue bakal bilang sejujurnya ama Kevin, gue nggak suka ma dia.” Lanjutnya.
“Haahh???” Hanna terbelalak. Yelena hendak beranjak pergi.
“Len… gue mau jujur ama loe. Gue bantuin Kevin, coz gue suka ma dia.” Lanjut Hanna jujur. Yelena tersentak kaget.
“Gue gak mau dia tersakiti. Maksud gue…gue mau dia bahagia, coz gue cinta ma dia. Gue nggak mau dia menderita karena perasaan ini. So, gue lakuin semua ini, dan gue kira loe bakalan suka sama dia, but…emang, gue bukan peramal, dan hidup emang gak bisa ditebak.” Kata-kata itu terdedngar seperti curhatan pilu hati Hanna.
“Han… maafin gue, gue nggak bisa terima Kevin…. Han… loe suka kan sama dia? Napa loe biarin semua ini terjadi, loe pasrah pada kenyataan Han… loe nggak mau berusaha buat dia suka sama loe. Loe ndiri nggak mau berjuang demi cinta loe…” lanjut Yelena. Hanna terdiam…
`”Yaaah… gue salah. Tapi Len, emang cinta nggak bisa dipaksakan.”
Tak terasa, lantunan lagu Rocky Band berakhir. Itu artinya, sebentar lagi ia akan turun panggung. Yelena menepi, menuju ke belakang gedung Kantor sekolah yang tepat bertengger di belakang lapangan tempat manggung.
“Vin…Gue mo ngomong ama loe !” Seru Yelena cepat ketika melihat Kevin yang memegang gitar diikuti teman- teman bandnya.
“Eh… Yelena… Mmmm… apa kabar? Eh maksud gue, loe baik-baik aja kan?” tanyanya.
“ Vin… sorry, kayaknya loe nggak perlu nanya apapun ma gue. Loe liat kan gue nggak kurang satu apapun? Udah… jangan bertele-tele ! Gue datang cuman mo mastiin…Loe nggak gila kan?”
“Haahhh… Yelena, apa maksud loe?”
“Gak perlu pura-pura bodo Vin… loe sengaja kan mo buat gue malu di depan semua orang?”
“Malu??? Len, gue nggak punya maksud gitu. Gue hanya mo ngungkapin persaan gue ama loe. Gue suka sama loe. Sorry, emang tampaknya berlebihan, but gue bener-bener ingin ngungkapin perasaan ini sama loe. Please Len, terima gue. Gue nggak akan buat loe nyesel ngenal gue.” Kata Kevin memohon. Teman-temannya hanya tertunduk. Termasuk Hanna yang sedari tadi bersama Yelena.
“Iya, Vin… gue malu… gue malu ama semua perbuatan loe tadi ! Gue… gue… gue nggak suka sama loe, gue nggak suka sama loe Vin … !!! PUAS ???” kata Yelena sembari hendak beranjak pergi. Kevin sontak kaget dan tertunduk. Hatinya hancur, cermin permata yang dijatuhkan dari ketinggian 1000 m ke tengah lapangan berubin marmer pun tak sanggup menggambarkan kehancuran hatinya saat itu. Segera ia menarik napas dan menggenggam tangan Yelena.
“ Len… maafin gue… maafin perbuatan gue ama loe. Yahh… gue tahu gua salah. Memang, hidup nggak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang gue mau…. Sekarang gue sadar, mungkin butuh waktu untuk dicintai, dan cinta nggak harus memiliki…. It’s Ok, gue bakal jadi lebih baik, so gue lebih mampu dicintai. Thanks Len, loe dah nyadarin gue.” Katanya usai melepaskan tangan Yelena dan beranjak pergi. Kata- kata Kevin sontak membuat semua yang ada di tempat itu kaget. Serasa semua yang dialami berhubungan dengan true love masing-masing orang yang ada di tempat itu.
“Kevin !!!” seru Yelena. Kevin memalingkan wajahnya, sedikit penasaran merasuk hatinya.
“Vin… gue mo ngomong something to you.” Lanjut Yelena.
“Apa ?” sahut Kevin sembari memalingkan tubuhnya kembali pada Yelena.
“ Han… loe bisa lebih deket ma gue?” kata Yelena memandang Hanna.
“Haah??” Hanna masih bingung. Namun diikuti pule pinta Yelena.
“Vin… gue emang cuman manusia, mungkin emang gue nggak layak buat loe, but gue pengen buat loe ngerti yang artinya cinta. Gue bukan bidadari, bukan juga malaikat cinta, but gue pengen loe tahu, Hanna siap mencintai loe sepenuh hati, n gak kayak gue.” Lanjutnya. Semua sontak kaget dibuatnya. Tak terkecuali Hanna yang sedari tadi terasa tak sadar namanya disebut dalam lantunan kata Yelena.
“Len…” bisik semua yang serentak seakan hendak melantunkan lagu dalam koor tujuhbelasan.
“ Kaget yaah???
“ Yaahhh… itu yang sebenarnya terjadi...”
“Leenn….” Hanna menggenggam telapak tangan Yelena seperti hendak membawanya pergi. Semua masih diliputi kesunyian.
“ Han… sorry, gue nggak bisa terima loe. Loe dah gue anggap sebagai sahabat gue dan adik gue sendiri. Lagian, gue emang gak pantas dicintai, loe lebih dari semuanya, loe lebih sempurna dari gue.… loe bisa pilih yang lebih dari gue, Han…” kata-kata itu kembali melantun dari bibir Kevin. Semua tercengang. Tapi pengertian tentu ada di antara mereka. Mereka memahami apa yang dimaksud.
“Vin !!! loe nggak bisa gitu !” tiba-tiba Ridvan berseru. Semua wajah berpaling padanya. Tak disangka akhirnya ia berbicara.
“Loe nggak bisa gitu aja nyakitin perasaan seseorang yang dah bersedia suka sama loe. Apalagi loe tahu Vin, dia cewek. Loe seharusnya malu. Loe banci, Vin…Loe nggak gentle. Cuman karena sakit hati dengan perasaan loe ma Yelena, loe sakitin pula seseorang yang dah bersedia buat cinta sama loe.” Lanjut Ridvan pedas. Kevin yang sedari tadi disoroti hanya tertunduk dan membisu.
“Gue nggak nyangka vocalis Rocky band yang selama ini gue pandang kuat ternyatal hancur juga sama urusan cinta.” Katanya lagi sembari menunjuk Kevin dengan telunjuknya. Semua terdiam…
“Dan gue mau loe semua tahu… gue suka Hanna !!!” lanjut Ridvan. Untuk kesekian kalinya semua terbelalak kaget. Yelena adalah salah satu dari kesekian orang yang dibuatnya kaget. Bukan hanya karena pernyataan itu, tapi juga karena hal ini menyangkut apa yang sedang ia rasakan. Tak satupun yang menyadari keruntuhan kerajaan dan istana pengharapan hatinya yang telah ia bangun. Ia menyukai Ridvan, namun tak mungkin ia mengungkapkannya di saat itu. Hanya kebisuan yang merancap menguasai dirinya. Biarkan semuanya mengalun bersama alunan dan bergulirnya waktu, hanya itu harapan yang berusaha mengokohkan kembali kehancuran harinya dan mengubur dalam- dalam rasa cintanya.
Yaahh… kini semuanya jelas sudah, tak ada yang dapat mereplay permainan ini. Yah… semua sudah jelas sekarang. Hhhh…. Aku masih lelah…tak mungkin aku beranjak lebih jauh lagi… Yelena menggumam dalam hatinya.
KRRRRRIIIIIIIIIIINGGGGGGGGG…..KRIIIINNNGGGGG……KRRRRIIIINGGGGG…….
Alarm berbunyi tepat ketika jarum panjang dan pendek jam dinding menunjukkan pukul 05.00. Yelena membuka matanya. Dikucaknya mata yang nampaknya enggan membuka. Dengan sedikit kebingungan ia menatap seputaran kamar tidurnya. Ia masih terdiam sejenak. Mungkin ia berpikir. Tiba-tiba ia terbelalak kaget. Novel remaja bertemakan cinta segi empat masih dalam genggamannya di tempat tidur. Ternyata semua itu terbawa dalam bunga tidur dan mimpinya semalam.
“ Haaah??? Cuman mimpi????” serunya sembari terbelalak memandang lurus kearah tembok yang dilekati jam dinding. Pukul 05.02 ini artinya ia harus segera bangun dan berkemas untuk pergi ke kampus… yaahh… waktu masih tak dapat dimengerti lagi.

Cerita Pendek Selamat Jalan…


Rintikan hujan masih menemani kesendirianku mengiringi kepergianmu sore ini. Angin dingin yang bertiup seakan menusuk hingga ke tulang. Air mata bak hujan deras tak mampu kubendung lagi. Tubuhku kaku saat kutatap lagi nisan di atas pusaramu itu, David Nugraha 3 September 1989 † wafat 7 Maret 2010.
Serpihan hatiku yang remuk ini tak sanggup kususun lagi. Pecahan perasaan kehilangan ini tak lagi dapat kurapikan. Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padaku, menjadi bagian dari lembaran cerita hidupku. Entah apa yang akan dapat aku lakukan tanpa kehadiranmu disisiku. Kau yang pernah mengisi relung batinku yang hampa, yang menyadarkan aku akan arti hidup yang sebenarnya kini hanya menjadi angan belaka.
Air mata ini tak cukup melukiskan perasaanku saat ini. Masih terngiang di telingaku kata-kata manis darimu yang pernah membangkitkan semangatku untuk terus maju. Aku sadar, dorongan dan semangatmu kala itu yang membuatku mampu bertahan hingga saat ini. Namun apa gunanya bagiku?
Masih terbayang dalam benakku kecelakaan kemarin yang membuatku benar-benar tak paham, untuk apa kita hidup. Canda tawa masih menghiasi perjalanan kita saat itu diatas sepeda motor bernomor B 1771 I itu. Namun naas tak bisa kuelakkan. Ternyata kematian lebih kuat dari cinta kita. Tabrakan maut di Jalan Brahwijo itu telah merenggutmu pergi menyisakan luka dalam batinku, serta sesal yang mengisi sela-sela hatiku. Kalau saja aku tidak mengajakmu ke taman waktu itu…. Akh, aku benar-benar tak bisa memaafkan diriku sekarang. David, aku masih tak ingin kau pergi.Semua impian yang pernah kurajut dengan benang-benang semangat darimu hancur sudah.
“David, kemarin kau pernah berjanji untuk menemaniku di olimpiade Atletik besok…” gumamku mengenang janji yang pernah diucapkan David dengan tawa waktu itu. Air mata masih terus membasahi pipiku. Apalagi ketika kuingat sekarang aku kehilangan sebuah kaki yang membuatku tak dapat berlari lagi.
“David, aku benar- benar hampa sekarang. Ingin kupinta Tuhan ulangi waktu yang telah berlalu. Tapi aku hanya manusia biasa yang hidup pada limit kehidupan yang fana ini. David, kalau kau dengar seruanku, aku ingin kau mengetahui hal ini, lebih dari semua rasa kehilanganku akan kaki yang kugunakan untuk berlari atau hati yang telah remuk ini, sekarang aku lebih merasakan kehilangan dirimu, David.” Kataku tersendat diselingi permata bening yang terus mengalir dari mataku.
Angin sepoi masih bertiup. Aku memejamkan mata. Hanya kilasan cahaya redup matahari yang tampak dipelupuk mataku. Aku menarik napas panjang.
“David tak ingin aku seperti ini.” Pikirku. Segera kuusap air mata, meninggalkan bekas dipipiku.
“David, mungkin hatiku masih membeku kala kukatakan hal ini, tapi dengarlah David, aku akan maju, melakukan semuanya untukmu. Selamat jalan, David…. Harapanku, jangan pernah lupakan aku. Sampai tiba waktunya nanti, semangat yang kau berikan padaku waktu itu tak akan direnggut oleh siapapun. Selamat jalan, David….”
Masih ada senyum perih menghiasi bibirku ketika aku bangun hendak beranjak pergi dari tempat peristirahatan terakhir David sekarang. Hanya nisan dan tumpukan tanah penuh bunga yang menjadi saksi bisu tangisan kehilangan kekasih terbaik yang pernah kumiliki dalam hidup. Segera kuraih tongkat yang sedari tadi berada di sampingku. Aku berbalik, menunduk dan beranjak pergi….
Cinta akan memiliki arti kalau kita betul- betul memahami dan cinta akan lebih berarti lagi saat kita sadar ia telah pergi….